MENGASIHI MENYATUKAN SEGALA PERBEDAAN
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah mendapat keistimewaan tersendiri dibandingkan ciptaan lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Sebagai citra allah, ia memiliki martabat luhur dan dianugerahi akal budi, hati nurani, maupun kebebasan. Keistimewaan inilah yang kadang membuat kita semua berada diluar kendali, bahkan lupa ataupun tidak peduli untuk mengasihi sesamanya, diri sendiri, terutama Allah. Kadang pula membuat kita merasa paling berkuasa dan sampai merendahkan orang lain hanya karena suatu perbedaan yang tidak begitu berarti di mata Tuhan.
Tuhan menciptakan manusia sesuai citranya, diberi kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hanya tinggal bagaimana kita mau mengembangkan dan saling melengkapi diantara sesamanya, bahkan dalam perbedaan sekecil apapun. Perendahan terhadap martabat manusia yang marak terjadi semakin membuat kita bingung apa tujuan kita hidup terutama dalam kasih dan perbedaan. Hidup beragama menjadi salah satu cara yang efektif sehingga menjadi kebutuhan manusia asalkan benar caranya. Karena dengan begitu, kita dapat menemukan jawaban atas teka-teki kehidupan dan tahu cara hidup untuk saling mengasihi dalam perbedaan.
Agama apapun pasti mengarah ke yang benar, bukan menyesatkan kepada ha-hal yang dilarang Tuhan, Hanya tinggal bagaimana kita menghidupinya dalam sehari-hari. Kasih sendiri yaitu sikap menerima atau peduli baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan penciptanya. Penyebab utama seseorang susah untuk saling mengasihi karena adanya perbedaan, padahal dengan adanya perbedaan kita dapat saling melengkapi dan mengenal satu sama lain. Gelar manusia sebagai makhluk sosial memang benar hakikatnya. Bagaimana tidak? coba bayangkan bila manusia diciptakan sama semuanya, tanpa adanya perbedaan dan rasa saling mengasihi. Malu dong sama tumbuhan, mereka saja bisa hidup berdampingan. Masa kita tidak bisa?
Pola pikir manusia jaman sekarang yang kadang salah tangkap dan percaya begitu saja akan suatu hal, menimbulkan berbagai pertikaian. Bahkan sampai terjadinya peperangan hingga muncul permusuhan dimana-mana. Lebih parahnya lagi, mengecap agama yang dianutnya sebagai simbol permusuhan. Padahal seharusnya agama sebagai pemersatu segalanya, bukan hanya karena suatu permasalahan malah melibatkan agamanya. Contoh lainnya yaitu Sikap rasis atau paham pembedaan terhadap kelompok/masyarakat tertentu karena suatu perbedaan juga sering terjadi di dunia ini. Memang apa salahnya sih, hanya karena berbeda ras, suku, ataupun warna kulit bukan berarti menjadikan kita sebagai tolak ukur suatu derajat antar sesama. Apa lagi agamanya, apa harus saya jelaskan lagi? Disitu kadang saya merasa sedih, padahal hanya karena suatu perbedaan bukan berarti kita tidak dapat saling mengasihi.
Perbedaan itu bagaikan pisau bermata dua. Sangat menguntungkan, tetapi juga merugikan dilain pihak. Sungguh fatal akibatnya bila kebebasan yang Tuhan berikan bagi kita bila tidak diberi arahan/pedoman hidup bagaimana hidup yang benar. Apa lagi dengan banyaknya perbedaan bahasa,suku,warna kulit,agama, dan sebagainya di dunia ini. Tindakan pelecehan,bullying, rasisme,intimidasi, bahkan perbudakan tidak terhindarkan. Bayangkan sebaliknya, hanya dengan sentuhan kasih dan rasa peduli. Apapun perbedaanya, semua saling melengkapi. “Kelebihanmu mencukupi kelemahan mereka supaya ada keseimbangan dan begitu pula sebaiknya”,2 Kor 8:13-15.
Tuhan juga sudah mengajarkan kita tentang hidup saling mengasihi tanpa membeda-bedakan sejak dahulu kala, hingga sekarang lewat pengajarannya yang begitu berarti bagi kita, manusia yang lemah. Seperti dalam perjalanan hidup Yesus, tindakan yang Yesus perlihatkan yaitu Ia mau dekat dan bergaul dengan orang-orang berdosa seperti zakeus dan maria magdalena(perbedaan). Juga mau menerima persembahan janda miskin dan membiarkan anak-anak datang supaya dekat dengannya(kasih). Hal lainnya yang sangat jelas dikatakan dalam sepuluh perintah Allah, perintah ke5 yaitu jangan membunuh. Tindakan tersebut sangat bertolak belakang dengan kasih, kesadaran bahwa hidup itu bernilai patut dipahami baik-baik. Biasanya karena tidak dapat menerima perbedaan, baik dalam diri kita sehingga melakukan tindakan bunuh diri ataupun hanya karena perbedaan dengan orang lain apapun itu.
Dalam injil Luk 15:11-32, menunjukkan tanda kasih Allah kepada manusia yang tidak terputus oleh dosa. Dijelaskan tentang kisah anak yang hilang melambangkan Allah yang tidak pernah berhenti mencari dan menerima kembali orang-orang yang berdosa. Dalam injil Markus 12:28-34, juga dijelaskan Yesus menegaskan bahwa kasih manusia kepada Allah dan sesamanya menjadi hukum yang utama dalam menjalani kehidupan secara bertanggung jawab.
Dalam dokumen gereja Nostra aetate,art.1/Na,art.1 juga diungkapkan beberapa hal yaitu mengenai hubungan Gereja dengan agama-agama bukan kristiani dan bagaimana sikap kita hidup beragama. Mengenai tujuan gereja dalam membangun relasi antar manusia, yaitu berkembangnya cinta kasih antar manusia yang dilandasi nilai-nilai universal. Nilai-nilai universal sendiri adalah kesadaran bahwa kita merupakan satu masyarakat yang memiliki satu asal dan tujuan akhirnya yang sama(Allah). Sedangkan sikap hidup beragama yang benar adalah menjadikan agama sebagai pemersatu ditengah segala perbedaan yang ada, bukannya dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Kesuksesan tidak bisa diraih tanpa adanya bantuan dan dukungan lewat sesama. Bantuan tersebut tidak bisa diterima tanpa adanya hubungan yang baik dengan sesamanya. Bagaimana mau terciptanya hubungan? Kalau kita masih belum bisa menerima perbedaan. Perbedaan kadang memisahkan kita, tetapi dengan mengasihi apakah ada yang bisa memisahkan? semua sudah Tuhan lakukan bagi kita, hanya tinggal bagaimana kita mau menanggapinya atau tidak. Hidup untuk saling mengasihi itu mudah, hanya bagaimana kita saja yang tidak bisa menerima perbedaan. Jangan pernah berfikir untuk berhenti saling mengasihi(peduli) hanya karena suatu perbedaan. Tetapi kuatkanlah hubunganmu dengan sesama dengan saling melengkapi. Lagipula menurut saya, berani tampil beda itu keren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar